Monday, September 13, 2010

KEBEBASAN BERAGAMA Kisah Perjalanan HKBP Ciketing

BEKASI, KOMPAS.com - Ibadah yang dilakukan jemaat HKBP Pondok Timur Indah di lahan kosong di RT 003/ RW 06 Mustika Jaya Bekasi bukanlah baru-baru saja terjadi. Perjuangan masyarakat sudah berlangsung sejak 2004.
Kembalinya jemaat untuk beribadah di lahan tersebut karena bangunan rumah tempat beribadah mereka disegel oleh Pemkot Bekasi. Berikut lanjutan penuturan salah satu jemaat, N Sitorus, kepada Kompas.com, Senin (13/9/2010).
Jemaat HKBP Pondok Indah Timur, Ciketing pun terus mengalami gangguan dan serangan ketika menggelar ibadah di salah satu rumah di Perumahan Pondok Indah Timur. Ketika itu, Pemkot Bekasi juga akhirnya menyegel bangunan tersebut.
Jemaat pun bingung. Tapi mereka kemudian tetap menggunakan rumah tersebut sebagai tempat ibadah hingga dengan tegas Pemkot kembali menyegel rumah tersebut pada Juni 2010. "Pada saat itu kita diminta mengosongkan tempat dan tak dibolehkan ibadah lagi (di situ). Kita minta solusi tapi pemerintah enggak bisa menunjukkan. Kami akhirnya tetap ibadah sampai 8 Juli ada surat dari Sekda kepada Dinas Agama di Bekasi supaya rumah kita dikosongkan dan kita disuruh ibadah di tanah milik sendiri," ungkapnya.
Akhirnya, mulai 11 Juli 2010, jemaat mulai kembali beribadah di lahan kosong di Ciketing. Namun, belum apa-apa, mereka sudah mendapat resistensi dari warga setempat dan ormas tertentu.
Massa makin banyak dan mulai menjurus ke gaya-gaya anarkis, lanjutnya. "Sampai terjadi aksi anarkis fisik. Kita didorong, dipukul dan dilempar," katanya.
Seakan tak jera, mereka terus beribadah hingga September dan terjadilah aksi penusukan Penatua Hasian Sihombing dan pemukulan terhadap Pendeta Luspida Situmorang pada hari Minggu (12/9/2010) pagi, menjelang ibadah Minggu berlangsung.

Sebenarnya tindakan yang dilakukan warga Ciketing sangatlah tidak adil. apakah hanya karena tanah tersebut milik pemkot sehingga jemaat tidak diperbolehkan untuk beribadah disana. Toh lahan tersebut juga belum di gunakan ( masih kosong ). bukankah akan lebih baik di pergunakan sebaik mungkin daripada mubajir?? bukankah negara kita di berikan kebebasan beragama???
Jemaat hanya tidak memiliki tempat untuk beribadah maka dari itu para jemaat hanya bisa kembali ke tempat tersebut untuk beribadah. Bukankah bisa di selesaikan secara kekeluargaan,segingga tidak terjadi kericuhan sampai di dorong,di pukul dan di lempar.....
kemana rasa solidaritas yang selama ini di junjung oleh negara kita?? 

11 comments:

  1. Barangkali masyarakat kita masih harus belajar banyak tentang toleransi di negara ini. Indonesia adalah negara yg memiliki ragam ras, budaya, suku & agama yg berbeda-beda sehingga disatukan dibawah Bhineka Tunggal Ika.
    Dalam kasus ini belum jelas siapa yang salah & apa motif sebenarnya yang terjadi dibelakang kasus ini.
    Sy rasa kedua belah pihak harus instrospeksi & mencari solusi yang terbaik.
    Apapun motifnya, kekerasan tetap tidak bisa dibenarkan.
    Damailah Indonesiaku.

    ReplyDelete
  2. ckckckck....Tanah sengketa yah ini??
    jika memang tanah tsb tdk diperbolehkan krn suatu alasan tertentu utk kegiatan keagamaan, wajar dan boleh aja warga yg menggunakan tanah tsb ditegur.. tapi harus ad solusiny donk jgn asal main tegur, usir, dan lempar aja... Seandainya yg melempar itu berada pd posisi yg dilempar,,gmn coba?? Ingat qt hrs bs saling menghargai dan menghormati,,,jgn mau menang sendiri aja...^^

    ReplyDelete
  3. all--> yg tidak di setujui adalah penggunaan kekerasan,jika semua bisa di selesaikan secara damain dan baik2 bukankah akan lebih indah...
    bahkan presiden pun telah ikut angkat bicara. di koran tribun hari ini saya telah membaca bahwa presiden SBY jamin kebebesan agama dan 9 penyerang jemaat HKBP telah ditahan dan beliau juga meminta semua pihak turut mencegah tindakan kekerasan di lingkungan masyarakat manapun...

    ReplyDelete
  4. humh... pilihan yang sulit.. dimana sama2 berhak untuk menuntut hak mereka. Pemkot berani bertindak melaksanakan penggusuran karena pasti sudah terbukti tanah itu miliknya, sedangkan umat beragama menuntut hak tempat mereka beribadah. Masing2 memiliki kesalahan:
    1. Pemkot memberi peringatan namun tidak digubris oleh jemaat, makanya kekerasan bisa terjadi. Hal itu karena mereka awalnya sudah mengambil jalan damai, tp tidak membawa hasil. Jadi, yang seharusnya mereka lakukan adalah harus lewat hukum donk, tidak boleh pakai kekerasan. Setelah melewati proses hukum, pasti pemimpin negara juga mengetahuinya sehingga solusi bisa terpecahkan.

    2.Jemaat HKBP juga tidak berhak mempertahankan setengah mati hak yang bukan milik mereka. Memang Indonesia negara bebas beragama, namun kita tidak bisa mengatasnamakan Tuhan juga dalam memperebutkan sesuatu yang bukanlah milik kita. Kalau memang sudah terbukti tanah itu bukan milik mereka, bisa saja mereka membongkar semua bahan tempat ibadah tersebut lalu membangunnya di tanah yang resmi milik mereka.

    Dengan begitu, saya rasa kekerasan tidak perlu terjadi. Semoga bisa bermanfaat :)

    ReplyDelete
  5. (Des, bingung mau komen apa, g komen aja ya....^^ Jangan Terlalu dianggap serius kalau terlalu keras. Hahahahahaha)
    Saya jadi teringat pada sebuah cerita klasik di mana seseorang akan memperjuangkan apapun yang diyakininya benar, termasuk lempar - lemparan tadi. Kita tidak bisa mencegah orang tersebut melakukannya, karena masalah jumlah, dan mereka adalah mayoritas. Kita bisa asal lempar batu bila kita sudah merasa berada di rumah, di tanah milik sendiri. Kita tidak merasa takut untuk melakukan hal itu, karena kita tidak akan mendapat masalah. Kekerasan itu sangat mengerikan, dimana pun kita berada kita tidak bisa merasa aman. Tapi karena ini adalah perkara keyakinan, tak ada yang perlu takut dengan ancaman - ancaman tersebut. Seperti yang dijanjikan bahwa kebenaran itu terlalu berat untuk diperjuangkan, tapi dibayar lunas dengan surga. Kita melihat bahwa mereka yang lempar - lempar batu dan yang dilempari batu punya keyakinannya masing - masing. Jika yang melempar merasa tindakannya benar, apa yang bisa kita katakan? Apa yang bisa kita terangkan pada mereka yang tidak mengerti arti dari saling menghargai. Mungkin kita harus kembali kepada para pemuka agama yang memberi doktrin. Semua berasal dari situ, mengingat kita ini bukan negara penganut paham liberal. Kita masih berpegang pada ajaran guru - guru kita. Kita tidak akan melakukan hal - hal anarkis tersebut apabila kita tahu bahwa hal itu salah. "SALAH" tetaplah "SALAH", beda jika yang menurut kita "SALAH" itu dianggap benar oleh sebagian orang. Jadinya ya seperti kasus di atas. Ingatlah, sebanyak apapun beribadah bila tidak dilandasi KASIH, maka semua itu percuma. Saya yakin bahwa semua Nabi pernah mengajarkan "KASIH" sebagai hal yang UTAMA. Saling menghargai dan menginginkan perdamaian dunia adalah wujud dari "KASIH".............. ^^

    ReplyDelete
  6. ckckck parah banget ampe diserang dan dilempar. Padahal memilih agama masing2 itu merupakan HAM. Ok la klo ga blh beribadah disitu. Tapi jgn ampe ditindak secara semena-mena seperti itu donk. G setuju ama desi, diselesaikan secara kekeluargaan akan lebih baik dan lebih manusiawi.

    ReplyDelete
  7. wah-wah.. kenapa c orang mau beribadah ajha pake dilarang segala.. padahal apa salahnya coba? kenapa hal-hal kayak gini aja di ributin.. mana toleransi antar umat beragamanya?
    kalau agama yang di anut masyarakat pelaku penyerangan itu sudah di yakini benar, kenapa harus memusingkan agama orang lain? toh tidak ada penyimpangan dan segala hal buruk yang terjadi selama jemaat HKBP ini beribadah, (kalau bukan berasal dario penyerangan masyarakat itu sendiri) dan toh pendeta tidak menghasut jemaat menjadi teroris atau provokator lainnya.
    apa yang harus diributkan? jemaat hanya ingin beribadah saja. seharusnya masyarakat bisa introspeksi diri..
    tapi ini juga sebagai bukti bagi para jemaat HKBP karena untuk mengikuti Kristus, mereka harus mengalami hal-hal buruk dari orang-orang yang tidak mengenal Kristus.
    jadi semoga iman mereka bisa semakin bettambah dan mereka dapat memaafkan para pelaku penusukan tersebut.
    ~heRna~

    ReplyDelete
  8. apa mungkin ada faktor lain yg menyebabkan mereka ampe di larang keras beibadat gt??
    bahkan ampe pengusiran dgn kekerasan, secara merka hanya beribadat, harusna ibadat itu bukan hal yang membahayakan kan..napa ampe segituna???

    ReplyDelete
  9. setuju bgt ama titin n deny...
    (tenang den kyk na aq ud ngerti cara pikir kmu hehe^^)
    pue: sepp dech thnx ya^^V
    herna: larangan itu pasti ada alasannya,mungkin alasan utamanya adalah krna tanah tsb milik pemkot dan warga setempat bukan umat cristiani, bisa saja mereka iri jadi warga melakukan cara anarkis untuk mengusir jemaat yang beribadah dsna.....
    suyanti: mungkin saja ada,masalah ini tetap harus di tinjau kembali.
    mungkin ada pihak2 lain yang memanfaatkan peristiwa ini untuk menghancurkan kerukunan umat beragama di negara kita....

    ReplyDelete
  10. hmmm... ada 2 hal yang membuat saya miris:
    1. sikap dan tingkah laku pemerintah, ormas, dan warga Indonesia yang selalu menggunakan KEKERASAN DAN EMOSI. benar-benar mencerminkan bahwa kita ini negara yang tidak dewasa.
    2. adanya ketidaksukaan, permusuhan, sampai keinginan menghancurkan pihak yang berbeda agama dalam diri orang-orang yang ngakunya UMAT TAAT BERAGAMA (agama apa saja). lingkungan akan lebih baik jika kita semua dapat berteman baik walaupun agama dan kepercayaan yang dianut berbeda-beda. karena sampai sekarang saya nggak ngerti, kenapa dan untuk apa memusuhi bahkan menghancurkan agama lain?

    ReplyDelete
  11. bener bgt tu tita.......
    thnx ya buad smua yg ud cmmnt^^

    ReplyDelete